"Menjadi guru, ogah ach!", kira-kira begitulah jawaban yang terlontar dari para siswa andaikan sang Guru menanyakan apa cita-cita yang diinginkan anak. Entah apa yang ada dipikiran anak-anak kita sehingga sepertinya mereka alergi kalau mempunyai cita-cita menjadi seorang guru. Memang tidak semua anak tidak menginginkan profesi guru ada juga satu dua yang bercita-cita menjadi guru. Anak-anak sekarang lebih luas pandangannya tentang cita-cita, kalau dahulu setiap anak-anak ditanya cita-citanya jawabannya hanya ada dua saja kalau tidak ingin jadi DOKTER yach jadi INSINYUR. Tetapi, jawaban anak-anak masa sekarang lebih bervariasi. Jika ditanya cita-citanya kelak, mereka dengan suara lantang dan mantap menjawab ingin jadi dokter, pilot, pengusaha, atlet, pengusaha, arsitek, bahkan artis. Jaman memang sudah berubah.
Banyak orang mengira, tugas seorang guru hanya mengajar para muridnya bagaimana mereka bisa membaca huruf dan menghitung angka...kelihatannya sederhana bukan ?
Sederhana...?
Namun, pada kenyataannya tidaklah sesederhana yang dikira. Guru merupakan pelapis kedua setelah keluarga dalam hal ini orang tua sianak yang juga berperan mendidik anak. Guru mempunyai peran yang sangat besar dalam tumbuh kembang seorang anak. Masa depan sang anak bilamana sudah dewasa kelak, apakah dia akan menjadi orang yang baik, jahat, pintar, bodoh, sukses, atau gagal, adalah karena dipengaruhi oleh didikan guru mereka, selain keluarga dan lingkungan tentunya.
Tidak ada seorang tokohpun di dunia ini yang berhasil tanpa peran serta seorang guru. Sangatlah benar bila ada pernyataan "SETIAP ORANG HEBAT BISA MENGHASILKAN KARYA-KARYA BESAR, SEDANGKAN ORANG-ORANG HEBAT LAHIR DARI DIDIKAN SEORANG GURU".
Menurut Undang-Undang No. 14/2005, pasal 1 butir 1 tentang guru dan dosen disebutkan "Yang disebut dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah."
Anak adalah peniru yang baik, apa yang mereka lihat, mereka dengar, dan mereka rasakan dari lingkungannya akan mereka terapkan dalam kesehariannya. Lihatlah, betapa anak-anak sekarang berusaha meniru apa yang mereka lihat dari artis-artis dan tayangan televisi, meskipun tidak sedikit yang berdampak buruk terhadap perkembangan mental mereka.
Sekolah sebagai salah satu kekuatan besar dalam menciptakan agen perubahan perlu ditangani oleh guru-guru yang profesional dan andal serta berkualitas. Dengan demikian, seorang guru mampu menjadikan anak didiknya sebagai generasi yang hebat dan menjadikan diri mereka sebagai generasi rahmatan lil"alamin.
Bagaimanakah menjadi guru yang mampu melahirkan generasi yang hebat?
Untuk menjadi guru yang profesional dan kreatif seorang guru haruslah memiliki sikap FOR CHILDREN.......
F (leksibel)
seorang guru haruslah fleksibel, luwes sehingga mampu memahami kondisi anak didiknya. Memahami cara belajar mereka, dan juga mampu mendekati mereka dengan berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing anak.
O (ptimis)
Keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi sang guru dan keyakinan akan perubahan anak didik kearah yang lebih baik dengan kondisi apapun melalui interaksi yang fun terhadap anak didik.
R (espek)
Rasa hormat yang selalu ditumbuhkan di depan anak didiknya dapat memicu dan memacu mereka untuk lebih cepat memahami segala hal yang dipelajarinya.
C (ekatan)
Berbagai karakter anak seperti, dinamis, aktif, eksploratif, ekspresif, dan kreatif serta inisiatif menuntuk kita sebagai guru untuk mampu bertindak cepat sesuai kondisi yang ada.
H (umoris)
Tidak semua guru mempunyai sifat humoris. Namun sifat ini dituntut untuk dimiliki seorang guru. Karena pada umumnya, anak-anak sangat menyukai proses belajar mengajar yang menyenangkan, termasuk diselingi dengan humor. Secara tidak langsung, humor mampu membantu meningkatkan kemampuan otak kanan mereka.
I (nspiratif)
Meskipun seorang guru sudah mempunyai panduan kurikulum bagi anak didiknya, guru juga harus menemukan banyak ide dari hal-hal baru yang positif di luar kurikulum. Hal ini dapat membuat anak didik lebih terinspirasi.
L (embut)
Guru yang bersikap kasar, kaku, dan emosional biasanya berdampak buruk bagi peserta didiknya dan ujung-ujungnya kegagalan dalam proses belajar mengajar. Pengaruh kesabaran, kelembutan, dan rasa kasih sayang akan lebih efektif dalam proses pembelajaran dan sering memunculkan solusi atas berbagai masalah yang timbul.
D (isiplin)
Disiplin tidak hanya sekedar soal ketepatan waktu, tapi dapat mencakup yang lebih general lagi, misalnya disiplin menyimpan barang, disiplin belajar, disiplin beribadah, dan sebagainya. Sehingga anak didik akan timbul pemahaman yang kuat tentang pentingnya hidup disiplin.
R (esponsif)
Seorang guru harus cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di luar lingkungan sekolah, baik pada anak didik, budaya, sosial. ilmu pengetahuan, teknologi dan lain-lain.
E (mpatik)
Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, karena itu seorang guru dituntut untuk mempunyai kesabaran lebih dalam untuk memahami keragaman tersebut sehingga lebih paham kebutuhan-kebutuhan belajarnya.
N (nge-friend)
Keberadaan kita sebagai guru jangan sampai membuat jarak yang terlalu lebar dengan anak didik. Posisikan diri kita sekali waktu menjadi teman mereka sehingga menghasilkan ikatan emosi yang lebih kuat daripada sekedar hubungan guru-murid. Dengan demikian anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dalam menerima pelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Mudah-mudahkan kita sebagai guru dimudahkan oleh Allah SWT dalam membimbing murid-murid kita sehingga mampu menjadikan mereka sebagai generasi PENERUS sekaligus PELURUS untuk mengelola bumi Allah sebagai generasi RAHMATAN LIL"ALAMIN.