Catagory

Kamis, 01 Januari 2015

Renungan Tahun Baru

Renungan tahun baru....
Tentu bagi sebagian orang tidak setuju atau mungkin kurang setuju, atau bahkan yang lebih ekstrem lagi langsung menjudge haram tanpa cek n ricek dari maksud, bentuk kegiatan, atau tujuan mengadakan tahun baru tersebut.  Memang selama ini, bentuk kegiatan menyambut tahun baru masehi banyak yang bersifat hura-hura, mengumbar hawa nafsu, ataupun melakukan kegiatan yang menjurus menjauhi dari ajaran Islam..Lantas, mengapa saya memberanikan diri menulis tentang tahun baru masehi, mungkin inilah beberapa argumentasi saya yang bisa jadi bagi sebagian orang tetap" harga mati" tidak peduli artinya tetap berpandangan haram tentang menyambut tahun baru masehi.
  • yang pertama segala aktivitas kita sebagian besar berdasarkan kalender masehi, seperti misalnya; dalam dunia pendidikan semua sekolah bahkan pesantren2 modern pun menggunakan tahun ajarannya berpedoman pada tahun masehi, kantor2 baik yang bernuansa islam ataupun yang biasa2 aja pun selalu menggunakan kalender masehi untuk aktivitas karyawan ataupun perusahaannya, kalaupun kita seorang pedagang tidak mungkin kita mengadakan akad ataupun transaksi2 berdasarkan kalender hiriah kepada para pembeli ataupun pelanggan kita (kalau mau memaksakan silakan). Bahkan kalender/tanggalan pun berpedoman kepada tahun masehi.  Jarang sekali kita lihat, ada pedagang kalender yang khusus Hijriah saja, sedangkan khusus masehi saja sangat bejibun kita temui.  Artinya tidak salah kalau kita memperhitungkan sesuatu atau menganggap tahun baru masehi sebagai awal tahun aktivitas kita....
  • yang kedua adalah bagaimana niatan kita untuk mengisi tahun baru ini dengan resolusi2 yang islami.  Sekedar informasi, peringatan tahun baru masehi sudah dimulai sejak 45 SM pada masa kaisar Julius Cesar.  Mereka (bangsa Romawi) mempersembahkan hari itu yakni, 1 Januari kepada Janus dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan waktu.  Bulan Januari diambil dari nama Janus, yaitu dewa yang memiliki 2 wajah, satu menghadap masa depan. dan satu lagi menghadap masa lalu.  Terlepas dari historis tersebut, kita niatkan saja dalam hati bahwa kita menjadikan kalender masehi sebagai pedoman aktivitas untuk memperbaiki ibadah kita kepada Allah SWT.  Kita pun sebagai umat Islam haqqul yaqin bahwa Tahun Baru Islam adalah berawal dari 1 Muharram kalender Hijriah.  Namun, sangat disayangkan di dunia, khususnya di Indonesia, penggunaan kalender Hijriah masih sebatas peringatan Hari Besar Islam , penetapan awal Ramadhan, hingga Idul Adha dan Idul Fitri.  Belum sampai menyentuh aktivitas sehari-hari, baik di kantor-kantor, sekolah-sekolah, maupun lembaga-lembaga lain.
  • yang ketiga, saya menulis artikel ini dengan judul Renungan Tahun Baru.  Menilik kata merenung mengandung arti memikirkan sesuatu atas apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan.  Jadi belum ada kegiatan yang dilaksanakan (kecuali kegiatan berfikir).  Semoga saja ketiga alasan di atas, mampu sebagai pintu maaf, bila ada kesalahan saya dalam menyampaikan tulisan ini.
 Setiap menjelang dan di awal tahun baru kita perlu merefleksi dan evaluasi atas apa yang telah kita capai, kita miliki, dan kita lakukan selama setahun ke belakang, serta merencanakan hal-hal yang Insya Allah dapat kita penuhi di tahun depannya.
Mulailah kita secara serius memikirkan dan menuliskan tujuan-tujuan dan rencana tindakan yang jelas untuk mencapai tujuan tersebut.  Agar sukses dalam hidup kita harus menjalani karir dan pekerjaan yang kita sukai.  Pilihannya ada dua, berusaha menyukai karir dan pekerjaan yang kita sedang jalani atau hijrah mencari karir dan pekerjaan yang lebih disukai.
Kawan dapat membawa kita ke puncak kesuksesan atau menjerumuskan kita ke lembah kegagalan.  Dengan siapa kita berkawan selama ini? Apakah mereka orang2 yang pantas dibanggakan?Apakah mereka orang2 yang jujur dan bertanggungjawab?Apakah mereka bisa diandalkan dalam kesusahan?Bagaimana dengan diri kita sendiri, adakah jujur dan bertanggungjawab? Bisakah kita diandalkan oleh teman2 jika mereka sedang susah, dan sebaliknya?.  Benar apa yang disampaikan sahabat Nabi Ali Bin Abi Thalib (maaf klo salah),"kalau kalian mau tahu berapa banyak teman atau sahabatku, hitunglah jumlah mereka di sekitarku saat aku tertimpa musibah".

Begitu pentingnya ilmu, Allah berfirman dalam QS. Al Mujadilah 58:11, " Allah akan meninggikan orang2 yang beriman diantaramu dan orang2 yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat".  Apakah kita termasuk orang yang terus meningkatkan ilmu pengetahuan? Apakah kita rajin menambah ilmu dengan membaca, mengikuti seminar?  Adakah kita melatih diri untuk melakukan sesuatu dengan baik, lebih cepat, dan lebih banyak?
Hal-hal apa saja yang diinginkan dikuasai agar kita tak khawatir bila harus bekerja mandiri atau memulai usaha mandiri.

Akan dikenang sebagai orang macam apakah kita nanti? Jika sudah meninggalkan dunia, orang2 macam apa yang akan ikut mengantarkan ke pemakaman? lalu, bagaimana dengan anak-anak keturunan kita akan memperbincangkan kita nanti? Adakah kita menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama?

Kita tidaklah mungkin menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitar kita, jika kita tidak mempunyai kemampun mengelola sikap dengan baik. Sikap sangat erat hubungannya dengan akhlak.  Karena itulah baginda Nabi Muhammad diutus oleh Allah semata-mata untuk menyempurnakan Akhlak manusia, bukan yang lainnya.  Sikap, Akhlak , Manfaat merupakan tiga bagian yang saling terkait guna mewujudkan " Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain"..
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap :
  1. Kemampuan untuk bersyukur mempengaruhi kemampuan kita untuk selalu melihat sisi positif dari setiap kejadian.dan mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
  2. Sikap juga dipengaruhi tujuan dalam hidup.
  3. Semangat.  Semangat dapat terus ditingkatkan dengan mengisi setiap waktu kita dengan hal positif dan bergaul dengan orang2 yang positif.
Demikianlah sedikit renungan yang dapat saya curahkan di sini, semoga bermanfaat minimal buat saya pribadi dan keluarga.

Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah, pertemukanlah aku dengan orang2 yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang2 yang datang kemudian.  Dan jadikanlah aku termasuk orang2 yang mewarisi surga penuh kenikmatan.
(QS. Asy Syu'araa. 26:83-85) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar